Para
Guru, para kekasih Allah, para Syekh RA telah menjelaskan dan mengamalkan
dzikir fida' guna menebus, membebaskan, melepaskan, menyelamatkan dan
mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka.
Penebusan
diri dari api neraka itu telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah
Muhammad SAW dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang
secara khusus diamalkan oleh para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa
Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah
dzikir fida', terbagi menjadi dua metode:
Pertama;
'Ataqot al-Shughra, yaitu membaca "Subhanallah wa Bihamdih" seribu
kali (1.000 x) dan "Laa ilaaHha illallaHh " tujuh puluh ribu kali
(70.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.
Kedua;
'Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali
(100.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.
Dan untuk menunjukkan kesungguhan itu semua, mereka memberikan mahar laksana
kewajiban mahar dalam pernikahan.
Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
Dasar
dua metode penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu,
kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:
1.
Firman Allah SWT [Q.S. al-Taubah: 111]:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ. [التوبة/111]
“Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu
lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” [Q.S. al-Taubah: 111]
2. Firman Allah SWT [Q.S.
al-Baqarah: 207]:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ
اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ. [البقرة/207]
“Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” [Q.S. al-Baqarah: 207]
3.
Firman Allah SWT [Q.S. al-Zumar: 15]:
قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
[الزمر/15]
“Katakanlah:
"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian
itu adalah kerugian yang nyata.” [Q.S. al-Zumar: 15]
4.
Rasulullah SAW bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
(رواه مسلم)
“Kesucian
itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi
timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit
dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka
bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat)
adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam
kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya
atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan
atau memusnahkan dirinya.” [H.R. Muslim]
Dalam
komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi
SAW "Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan
atau memusnahkan dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya
sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan
ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual
dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya,
sehingga mencelakakannya.
5.
Dalam Shahih Bukhari, dari shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata:
“Rasulullah SAW berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”,
beliau bersabda:
“Wahai
orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku
tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT.
Wahai
Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah
SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun
kepadamu terhadap Allah SWT.
Wahai
Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu
terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa saja yang
engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu
terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari]
6.
Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S.
al-Syu’ara: 214)”, Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka
berkumpul. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabda secara umum dan secara
khusus, beliau bersabda: “Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian
dari api neraka.
Wahai
Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani
Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf,
selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai
Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil
Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai
Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena sesungguhnya aku tidak
kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai
hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan
mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” [H.R. Muslim]
Yang
dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun
kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian
mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk
menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.
7.
Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah
SAW bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi”
seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di
akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah SWT.” [H.R.
al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausath]
Dalam
sebagian atsar diriwayatkan bahwa barang siapa mengucapkan Laailaha Illallah
tujuh puluh ribu kali, maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api
neraka. Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata:
“Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian
menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca
Lailaaha Illallah seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian
orang-orang yang telah meninggal.
Penduduk
Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan
kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu.
Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian
inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu
hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan
melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan
hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”
Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.
Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.
Syeikh
Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah
al-Qarsyi berkata: “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam
sebagian atsar: “Barang siapa yang mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh
ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku
mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya
dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal
untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang
pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu
melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang
yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda.
Di
dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan
sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap
makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang
menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah
ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang
sangat keras.
Siapapun
yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang
sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata:
“Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi
ilham kepadaku untuk membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu
kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku:
“Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah
orang-orang yang jujur. Ya Allah, Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu
ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata
seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah
dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku
memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat
menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”
Syakhul
Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan
amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan
membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan
sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api
neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.
Syaikh
Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan Laailaha Illallah sebanyak
ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil),
sebagaimana halnya surat al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali
disebut ataqat al-kubra (pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada
jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut.
والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب . وصلى الله على سيدنا
وحبيبنا وقرة أعيننا ومولانا محمد صلى الله عليه وآله وسلم وعلى آله وصحبه وسلم
تسليما كثيرا الى يوم الدين , والحمد لله ربّ العالمين
Sumber : DR Sahil Althaf, Mkub dosen Universitas
Menyan Indonesia cabang Bondowoso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar