Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata dzakara yang
artinya, yang mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau ingatan, atau peringatan, nyanyian-nyanyian peringatan atau
lagu-lagu cinta kepada yang kuasa,
dengan mengulang-ulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya,
metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran illahi.
Sedangkan menurut istilah adalah membasahi lidah atau mengingat akan Tuhan
dengan hati dan ucapan-ucapan atau ingatan yang mempesucikan Tuhan selanjutnya
dengan pujian-pujian dan sanjungansanjungan dengan sifat-sifat Tuhan yang
sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurniannya. Dengan
mengulang-ulang fase tunggal, seperti la ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan
selain Allah) fasefase ini diulang terus-menerus. Dzikir yang hakiki ialah, sebuah kedaan
spiritual di mana seorang yang mengingat Allah (dzikir) memusatkan segenap
kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah. Sehingga dalam tubuh merasakan
kekuatan dalam iman kepada Allah, karena kemungkinan keadaan berbagai pengaruh
yang datang. Maka tubuh tidak bisa lepas dari was-was yang selalu menghimpit
dengan berdzikir di dalam hati akan terasa tenang.
Para sufi melakukan dzikir kepada Allah untuk
menghilangkan rintangan jiwa dan membersihkan dari perilaku atau akhlak buruk
dan sifat-sifat tidak baik, serta menghiasinya dengan dzikir 33. Kata Dzikir itu adalah berasal dari Al-Qur'an,
lebih dari seratus kali, kata dzikir itu terdapat dalam Al-Qur'an. Dalam
Al-Qur'an menjelaskan dzikir berarti membangkitkan daya ingat kepada Allah dan
dapat menenangkan hati, dengan berdzikir berarti pula ingat akan hokum-hukum
Allah. "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dan memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dzikir" dalam
Al-Qur'an (Al-Nahl / 16 : 90).
Menurut Dr. Asep Usman Ismail, dzikir dapat
dilakukan dengan dua cara, dengan cara lisan dan kalbu. Dalam dzikir lisan
adalah dzikir mengucapkan lafal-lafal, dzikir tertentu, baik dengan suara keras
maupun dengan suara yang hanya dapat didengar oleh yang berdzikir itu sendiri.
Adapun lafal dalam dzikir lisan disebutkan dalam hadits Nabi sebagai berikut:
1. Tahmid, yaitu mengucapkan al-hamd lillah
(segala puji kepunyaan Allah)
2. Tasbih, yaitu mengucapkan subhanallah (maha
suci Allah)
3. Takbir yaitu mengucapkan Allahu Akbar (Allah
maha besar)
4. Tahlil, yaitu mengucapkan la ilaha ill Allah
(tiada Tuhan selain Allah)
5. Basmallah, (dengan nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang)
6. Istighfar, yaitu mengucapkan Astaghfirullah
(aku memohon ampun kepada Allah)
7. Hawqalah, yaitu mengucapkan La hawla walaa
quwata illa billa (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari
Allah)
8. Lafal dzikir berupa ayat-ayat Al-Qur'an baik
keseluruhan maupun sebagiannya, satu surat maupun berupa ayat tertentu. Dengan
niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dilakukan dengan memiliki wudhu,
dalam melakukan dzikir dilakukan pada tempat dan suasana yang menunjukkan
kekhusukan, dan dengan mengosongkan hati dan ingatan dari segala sesuatu selain
Allah, serta dzikir itu bisa dijadikan sebagai wirid harian.
Cara yang kedua: dzikir kalbu,
adalah dzikir tersembunyi, di dalam hati, tanpa suara dan kata-kata. Dzikir ini
hanya memenuhi kalbu dengan kesadaran yang sangat dekat dengan Allah. Seirama
dengan detak jantung serta mengikuti keluar masuknya nafas. Dzikir qalb
(mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah
dalam relung hati). Dalam dzikir kalbu, mempunyai efek-efeknya sendiri yang
mencerahkan: dapat menjadi kerinduan kepada Allah, membina kecintaan kepada
Allah dalam hati, melahirkan perenungan.
Menurut Dr. Mir Valiuddin dalam posisi
berdzikir dengan cara salah satu berikut ini :
1. Dzikir dengan satu dharb (atau ketukan):
Sang dzikir mestilah mengucapkan nama maha pengasih Allah dengan kekuatan hati
dan tenggorokan dengan cara yang tegas, keras serta memanjangkannya.
2. Dzikir dengan dua dharb: Sang dzikir duduk
dalam posisi shalat menghadap kiblat dan mengucapkan Nama Allah, sambil menoleh
ke kiri sekali, dan kedua kalinya mengecamkannya pada hati.
3. Dzikir dengan tiga dharb: Sang dzikir mesti
duduk bersila, ia mengenakan ketukan ini sekali pada lutut kaki kananya, lalu
pada lutut kaki kirinya pada hati.
4. Dzikir dengan empat dharb : Sang dzikir
mesti duduk bersila, ia mengenakan ketukan pertama pada lutut kaki kanannya,
kemudian pada lulut kaki kirinya, lalu pada hatinya, dan terakhir pada apa yang
di depannya.
Banyak sekali perbedaan posisi atau cara berdzikir dilakukan oleh para
sufi. Tetapi inti dari berdzikir itu sama menuju kepada Tuhan. Dalam kesehatan,
dzikir juga sangat berguna karena dzikir di sini juga bisa sebagai kesehatan
pada tubuh baik itu psikis maupun fisik. Kesehatan adalah karunia yang sangat
berharga dari Allah yang diberikan kepada manusia. sehingga manusia dalam
kehidupan sehari-harinya dapat melakukan kegiatan sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup. Kesehatan manusia tidak hanya berhubungan dengan keadaan
fisik saja, tetapi juga berhubungan dengan keadaan psikis, jasmani dan rohani.
Manusia merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk diri manusia seutuhnya,
sehingga kondisi yang satu akan mempengaruhi kondisi yang lain. Dalam ilmu
kedokteran yang berkembang saat ini diterangkan bahawa tubuh kita mempunyai
kejiwaan (psikis), saraf (neuron), dan psikoneuron endokrinologi, ketiganya terdapat
hubungan yang sangat erat.
Di dalam tubuh manusia terdapat syaraf yang
mengendalikan hormon, yang tergantung dengan kondisi kejiwaan, apabila kondisi
kejiwaan atau psikis kita baik maka syaraf kita akan baik, atau bahkan
sebaliknya dan akan berpengaruh pada hormon, yang pada akhirnya tubuh
terjangkit penyakit, ketiga aspek itu harus seimbang dan dalam keadaan sehat.
Kondisi psikis kita yang sehat dalam jaringan psiko-neuro-endroktin, dapat
mengendalikan kekebalan tubuh, kekebalan tubuh meningkat manakala faktor psikis
dalam jaringan tersebut semakin meningkat. Pada akhirnya penurunan kekebalan
tubuh akan memudahkan penyakit pada fisik kita. Untuk penyeimbangnya agar tubuh
tetap sehat, maka kita akan memberi motivasi pada diri kita sendiri untuk selalu
menumbuhkan ketenangan, rasa sabar, dan semangat yang tinggi serta kita selalu
mendekatkan diri kepada Allah melalui ajaran-ajaran Islam, yang paling utama
adalah melakukan dzikir setiap hari.
Ketika kita membunyikan kalimat La ilaha
llallahu baik itu dengan diam mapun dengan suara keras, yang akan berpengaruh
pada pribadi kita secara psikis. Dan hati kita pun akan bersih seperti
beningnya air. Kalau terus menerus melakukan praktik dzikir, akan menaruh
perhatian pada proses berfikir tak ada ujung pangkalnya yang terus berlangsung
dengan memusatkan perhatian pada satu titik dan berkonsentrasi, yang akan
bergema dalam hati. Hati merupakan wahana kesadaran dan memiliki
lapisan-lapisan, bila dilakukan terus-menerus, dzikir akan masuk menembus
lapisan-lapisannya hati, dan hati akan menjadi bersih cemerlang, yang akan
membawa pada sifat-sifat yang dikehendaki Allah, serta dapat terhindar dari
penyakit psikis. Berdzikir juga dapat menyehatkan fisik, ketika melantunkan
kalimat La ilaha illallahu, bisa menimbulkan energi panas yang dikeluarkan dari
asma Allah, karena itu tubuh akan mengeluarkan sinar aura. Dari sinar aura
itulah kotoran atau penyakit pada tubuh kita akan hilang dengan berlahan-lahan,
metode berdzikir dapat membantu penyembuhan penyakit fisik dan psikis, pada
kehidupan sehari-hari, tubuh perlu dijaga dari problemproblem yang akan
membelenggu, sehingga kesehatan fisik dan psikis harus selalu seimbang. Melalui
latihan-latihan ajaran tasawuf terutama dengan melakukan dzikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar