SILATURAHIM, KEUTAMAAN DAN ANJURAN MELAKSANAKANNYA
﴿صلة الرحم فضلها والحث عليها ﴾
]
Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Penyusun : Syaikh
Khalid bin Husain bin Abdurrahman
Terjemah : Mohammad Iqbal Ghazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
﴿ صلة الرحم فضلها والحث عليها ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: الشيخ خالد بن
حسين بن عبد الرحمن
ترجمة: محمد إقبال غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2009 - 1430
Silaturrahim, Keutamaan dan Anjuran Melaksanakannya
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan
nama Allah I
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah I
Rabb semesta alam, tidak ada permusuhan kecuali kepada orang-orang zalim, dan
kesudahan bagi untuk orang-orang yang bertaqwa. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi r
yang terpercaya. Semoga Allah I
memberikan rahmat kepadanya, keluarga dan sahabatnya, dan kesejahteraan yang
banyak, amma ba'du:
Saudaraku seiman: sesungguhnya
silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah I
yang paling baik dan ketaatan yang paling agung, kedudukan yang tertinggi dan
berkah yang besar, serta yang paling umum manfaatnya di dunia dan akhirat. Maka
silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial, yang dituntut oleh
fitrah yang benar dan dicenderungi oleh tabiat yang selamat. Sesungguhnya
sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya,
dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan
bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan itulah
berlomba-lomba padanya orang-orang mulia yang berakal, maka mereka menyambung
(tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada orang yang
tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah nampak
muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali, kebaikan
yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.
Sesungguhnya silaturrahim memperkuat
kasih sayang dan menambah rasa cinta, serta memperkokoh ikatan kekeluargaan.
Nabi r
bersabda:
إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ
فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ
"Sesungguhnya
silaturrahim adalah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan
memperpanjang umur."[1]
Sesungguhnya silaturrahim menambah
umur, memakmurkan negeri, menambah keberkahan rizqi, dan memelihara kesudahan
yang buruk. Nabi r
bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ
لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dimudahkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali
silaturrahim."[2]
Maka silatahurrahim merupakan
kewajiban yang sangat ditekankan, tidak ada yang memutuskannya dan
mengingkarinya kecuali orang yang telah rusak fitrahnya, buruk akhlaknya, jelek
tabiatnya, dan ia sudah pantas mendapat kutukan dari Allah I.
Firman Allah I:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ
أَنْ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan .
Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga
mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad :22-23)
Karena
itulah, Allah I
memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia untuk menyambung tali silaturrahim di
beberapa ayat: Allah I
berfirman:
وَاعْبُدُوا
اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, …. (QS. An-Nisaa`:36)
Dan
firman Allah I:
وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Dan
bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisaa`:ayat 1)
Maksudnya
adalah –wallahu 'alam- bertaqwalah kepada Allah I
dengan melaksakan taat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan durhaka
kepada-Nya, dan takutilah hubungan silaturrahim bahwa kamu memutuskannya, akan
tetapi sambunglah dan berbuat baiklah kepadanya.
Maka Allah I
menyuruh menyambung hubungan silaturrahim setelah memerintahkan bertaqwa
kepada-Nya. Maka Allah I
mengingatkan para da'i-Nya yang berada di di antara manusia, agar menyambung
tali silaturrahim, karena mereka berasal dari satu jiwa, dan untuk menunjukkan
bahwa silaturrahim karena mengharapkan ridha Allah I
merupakan salah satu pengaruh taqwa kepada Allah I yang penuh
berkah, menjadi tanda meresapnya taqwa di dalam hati, merupakan petunjuk
kebenaran iman. Maka manusia yang paling menyambung silaturrahim merupakan
manusia yang paling sempurna iman dan paling bertaqwa kepada Rabb-Nya. Kerena
inilah, Nabi r
merupakan orang yang paling menyambung hubungan silaturrahim dan yang paling
bertaqwa kepada Allah I.
Karena itulah, Khadijah radhiyallahu 'anha menyebutkan hal itu saat
turunnya wahyu pertama kali, ketika beliau r berkata kepada
Khadijah radhiyallahu 'anha dan bercerita kepadanya:
إِنِّي خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِي
'Sesungguhnya aku
merasa khawatir terhadap diriku.' Maka ia berkata, 'Sekali-kali tidak,
sesungguhnya Allah I
tidak akan pernah menghinakan engkau, sesungguhnya engkau benar-benar
menyambung hubungan silaturrahim…'[3]
Di antara besarnya perkara
silaturrahim, sesungguhnya Allah I
mengambil baginya satu nama dari nama-Nya yang Maha Agung, maka dari
Abdurrahman bin 'Auf t,
ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ وَأَنَا الرَّحْمنُ,
خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا
وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
"Allah
I
berfirman, 'Aku adalah Allah I,
dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku mengambilkan
baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Aku
menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang memutuskannya niscaya Aku
memutuskan (hubungan dengan)nya."[4]
Karena
berdasarkan ayat-ayat tersebut dan yang lainnya, serta hadits-hadits Nabi r
ini, di samping juga yang akan disebutkan, silaturrahim merupakan perkara
besar, kedudukan yang tinggi, sanjungan yang indah, dan sebutan yang baik di
dunia, dan kesudahan yang indah di akhirat bagi orang yang menyambung hubungan silaturrahim dan melaksanakan
hak ini dengan sebaik-baiknya.
Saudaraku sesama muslim: Sesungguhnya
silaturrahim merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada
pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat. Menjadikannya diberkahi di manapun ia
berada, Allah I
memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang
segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah,
buahnya matang, pohon-pohonnya baik yang memberikan makanannya di setiap waktu
dengan ijin Rabb-nya. maka diantara keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Silaturrahim merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan
tanda-tandanya: dari Abu Hurairah t
ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang
siapa yang beriman kepada Allah I
dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah I
dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim,
…"[5]
2. Silaturrahim adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi: dari
Abu Hurairah t, ia
berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ
لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa
yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyambung hubungan silaturrahim."[6]
3. Silaturrahim menyebabkan adanya hubungan Allah I
bagi orang yang menyambungnya: dari Abu
Hurairah t, ia berkata, 'Rasulullah r
bersabda:
إَنَّ اللهَ
خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ:هَذَا
مَقَامُ الْعَائِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: َنعَمْ, أَمَا تَرْضَيْنَ
أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ َقطَعَكَ؟ قَالَتْ: بَلَى. قَالَ:
فَذَلِكَ لَكَ.
"Sesungguhnya
Allah I
menciptakan makhluk, hingga apabila Dia I
selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah
kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.' Dia I
berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung orang yang
menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia menjawab,
'Bahkan.' Dia I
berfirman, 'Itulah untukmu.'
Dan dalam satu riwayat al-Bukhari:
فَقَالَ اللهُ تعالى: مَنْ وَصَلَكَ وَصَلْتُهُ وَمَنْ
قَطَعَكَ قَطَعْتُهُ
"Allah
I
berfirman, 'Barangsiapa yang menyambung engkau niscaya Aku menyambungnya dan
barangsiapa yang memutuskan engkau niscaya Aku memutuskannya."[7]
4. Silaturrahim merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan
jauh dari neraka: dari Abu Ayyub al-Anshari t, sesungguhnya
seorang laki-laki berkata, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka.' Maka Nabi r
bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Engkau menyembah Allah I
dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan menyambung tali silaturrahim."[8]
Dan
dalam satu riwayat:
إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُهُ بِهِ دخَلَ َالْجَّنََّةَ
"Jika
dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk surga."
5. Silaturrahim merupakan ketaatan kepada Allah I
dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada Rabb-Nya. Maka ia
menyambung tali silaturrahim tatkala Allah I menyuruh untuk
disambung. Dan Allah I
berfirman:
وَالَّذِينَ
يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ
سُوءَ الْحِسَابِ
Dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.
(QS. Ar-Ra'd :21)
6. Sesungguhnya silaturrahim lebih besar dari pada memerdekakan
budak. Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha,
sesungguhnya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan dia tidak meminta izin
kepada Nabi r.
Maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata, 'Apakah engkau
merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak
(perempuan) milikku? Beliau bertanya, 'Apakah sudah engkau lakukan? Dia menjawab,
'Ya.' Beliau bersabda:
أَمّا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَبْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ
أَعْظَمَ ِلأَجْرِكِ.
"Adapun
jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya
untukmu."[9]
7. Di antara besarnya silaturrahim, sesungguhnya sedekah terhadap
keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain. Dari Salman bin
'Amir t,
dari Nabi r,
beliau bersabda:
... الصَّدَقَةُ
عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ
وَصِلَةٌ
"…Sedekah
terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua
pahala: sedekah dan silaturrahim."[10]
Dan
demikian pula dari hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu 'anha,
istri Abdullah bin Mas'ud t,
ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi r,
'Apakah boleh bersedekah darinya kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada
dalam asuhannya? Maka Nabi r
bersabda:
لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
"Untuknya
dua pahala, pahala keluarga dan pahala sedekah."[11]
Wahai saudaraku sesama Islam: termasuk
hak keluarga dan kerabatmu bahwa engkau mengunjungi yang sakit dari mereka,
membantu yang fakir, memperhatikan yang membutuhkan dari mereka, mengasihi yang
kecil, membantu anak yatim, menghormati yang besar, dan engkau memberikan
kepada mereka dengan kebaikanmu kepada selain mereka, engkau memberikan senyum
kepada mereka saat bertemu, lembut berkata-kata kepada mereka, berbuat baik
dalam berhubungan dengan mereka, dalam arti saling mengunjungi, saling memberi
hadiah dan salam, serta saling mendo'akan.
Wahai saudaraku, perkara ini tidak
berhenti hanya sampai di sini, tetapi kamu harus menyambung hubungan dengan
mereka, sekalipun mereka bersikap kaku dan memutuskan hubungan. Engkau harus
tetap bersikap santun kepada mereka, sekalipun mereka bodoh dan jahil. Dengan
demikian, engkau telah melebihi mereka beberapa derajat di sisi Allah I,
karena begitu banyaknya kebaikanmu dan buruknya sikap mereka, serta jahatnya
perilaku mereka bersamamu.
Berbuat baiklah kepada manusia niscaya
engkau mendapatkan hati mereka
Sering kali manusia menjadi budak
karena perbuatan baik.
Imam Muslim dan Imam Ahmad rahimahumallah
meriwayatkan dari Abu Hurairah t,
ia berkata, 'Seorang laki-laki datang kepada Nabi r
seraya berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang terus
kusambung hubungan dengan mereka dan mereka memutuskan, aku berbuat baik kepada
mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, dan mereka bersikap bodoh kepadamu
sedangkau aku selalu bersikap santun kepada mereka. Beliau bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ
الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى
ذلِكَ.
"Jika
engkau benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau
menaburkan bara panas di wajah mereka. Dan senantiasa kemenangan dari Allah I
menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu."[12]
Wahai saudara yang mulia: sebagian
manusia tidak menyambung hubungan dengan kerabatnya kecuali apabila mereka
menyambungnya. Ini pada hakekatnya bukan menyambung tali silaturrahim.
Sesungguhnya hal itu hanyalah
membalas jasa. Karena
sesungguhnya muru`ah dan fitrah yang sehat menuntut untuk membalas jasa
kepada orang yang berbuat baik kepadamu, sama saja ia termasuk kerabatmu atau
bukan. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash t,
dari Nabi r,
beliau bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ
الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
"Orang yang menyambung (tali
silaturrahim) bukanlah orang yang membalas jasa. Akan tetapi orang yang
menyambung (tali silaturrahim) adalah yang apabila diputuskan hubungan
(silatarrahim)nya, ia menyambungnya."[13]
Dan
dari 'Uqbah bin 'Amir t,
aku berkata, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang amalan yang utama,'
maka beliau bersabda:
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ
عَمَّنْ ظَلَمَكَ
Wahai 'Uqbah, sambunglah orang yang
memutuskan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi
kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu."[14]
Wahai saudaraku, sesungguhnya termasuk
silaturrahim bahwa engkau mengampuni kesalahan orang lain, menutupi
kekeliruan. Dan tiadalah akal sehat,
keutamaan, dan kecerdasan kecuali engkau menyambung tali silaturrahim kepada
orang yang telah memutuskan, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi
kepadamu, memaafkan kepada orang yang berbuat zalim kepadamu, dan bersikap
santun kepada yang bodoh terhadapmu. Dan bertambahlah kecerdasan, besarlah
keutamaan, dan tinggilah jiwa ketika engkau berbaik sangka (husnuz zhan)
dengan mereka, dan melihat pada kekeliruan mereka dengan pandangan orang yang
mulia lagi toleran.
Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah I,
takut terhadap murka dan siksa-Nya, dan hendaklah kita menyambung silaturrahim
kita. Firman Allah I:
وَأُوْلُوا
اْلأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللهِ
Dan
orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi)
di dalam Kitab Allah (QS. Al-Ahzab:6)
Sesungguhnya
memutuskan tali silaturrahim merupakan dosa besar yang Allah I
memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai siksaan dan hukuman, baik
di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, padahal Rasulullah r
bersabda:
اَلرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُوْلُ: مَنْ
وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
"Rahim
bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung hubunganku
niscaya Allah I
menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan aku niscaya Allah I
memutuskan hubungan dengannya."[15]
Maka
orang yang memutuskan tali silaturrahim terputus dari Allah I.
Dan siapa yang Allah I
memutuskan hubungan dengannya, maka kebaikan apakah yang bisa diharapkannya,
dan keburukan apakah yang ia bisa aman darinya, baik di dunia maupun di akhirat
selama ia masih memutuskan tali silaturrahim? Dari Abu Bakrah t,
dari Nabi r,
beliau bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ
الْعُقُوْبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِى اْلآخِرَةِ مِنَ
الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak
ada dosa yang Allah I
lebih mempercepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan
untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturrahim."[16]
Saudaraku
yang mulia: apabila hal itu sudah diketahui, maka ketahuilah, sesungguhnya
memutuskan hubungan silaturrahim –semoga Allah I
melindungi kita semua- termasuk sebab terhapusnya hati, butanya mata hati, dan
terhalang mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Bahkan, terhalang mendapat semua
kebaikan. Maka orang yang memutuskan silaturrahim, kehidupannya susah, tidak
ada yang menyukai dan menyebutnya. Dan apabila ia disebut orang, maka dengan
pembicaraan yang buruk dan sifat yang jelek. Karena memutuskan silaturrahim
termasuk kerusakan di muka bumi, Allah I
telah memutuskan kepada pelakunya dengan mendapat kutukan dan hukuman yang
segera (di dunia) dan tertunda (di akhirat). Firman Allah I:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ
لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan* Mereka itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.
(QS. Muhammad :22-23)
Dan firman Allah I:
وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللهِ
مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الْلَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ
الدَّارِ
Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk(jahannam). (QS. Ar-Ra'd:25)
Dan
diriwayatkan dari Nabi r,
sesungguhnya beliau bersabda:
إِذَا ظَهَرَ
الْقَوْلُ وَخزن الْعَمَلُ وَائْتَلَفَتِ اْلأَلْسُنُ وَتَبَاغَضَتِْ الْقُلُوْبُ
وَقَطَعَ كُلُّ ذِي رَحِمٍ رَحِمَهُ فَعِنْدَ ذلِكَ لَعَنَهُمُ اللهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
"Apabila nampak ucapan dan tersimpan amal ibadah,
kesepakatan nampak di lidah dan hati saling membenci, serta setiap orang yang
mempunyai keluarga memutuskannya. Maka ketika itulah Allah I
mengutuk mereka, menulikan mereka, dan membutakan mata hati mereka."[17]
Dan
diriwayatkan bahwa orang yang memutuskan tali silaturrahim, amalnya tidak
diterima. Dari Abu Hurairah t,
ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ
لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
"Sesungguhnya
amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jum'at, maka tidak
diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturrahim."[18]
Tahukah
engkau, wahai saudaraku yang mulia, kerugian orang yang memutuskan tali silaturrahimnya,
maka janganlah engkau termasuk dari mereka. Dan orang yang memutuskan
silaturrahim juga membawa dirinya untuk tidak dikabulkan doanya. Diriwayatkan
bahwa Ibnu Mas'ud t
pada suatu hari duduk setelah Subuh di satu halqah, maka berkata: 'Aku meminta
kepada orang yang memutuskan silaturrahim agar berdiri meninggalkan kami.
Sesungguhnya kami ingin berdoa kepada Rabb kami dan sesungguhnya pintu langit
tertutup karena orang yang memutuskan silaturrahim.'
Maka janganlah engkau membawa dirimu,
wahai si miskin, bahwa doamu ditolak bila kamu berdoa kepada Allah I.
Dan orang yang memutuskan tali silaturrahim membuat sial masyarakat yang dia
tinggal padanya. Dari Abdullah bin Abi
Aufa t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r
bersabda:
لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ
رَحِمٍ
"Rahmat tidak turun kepada kaum yang pada mereka ada
yang memutuskan silaturrahim."[19]
Dan
orang yang memutuskan tali silaturrahim terancam tidak bisa masuk surga. Dari
Abu Muhammad Jubair bin Muth'im t,
dari Nabi r,
beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
"Tidak bisa masuk surga orang yang memutuskan
(silaturrahim)."[20]
Wallahu
'alam.
[1]
HR. Ahmad dan
at-Tirmidzi, dan ia berkata: hadits gharib dari jalur ini, dan diriwayatkan
oleh al-Hakim, dan ia menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
[2]
Muttafaqun 'alaih, dari
hadits Anas bin Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557, dan Abu Daud
1693.
[6] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Anas bin
Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557, dan Abu
Daud 1693.
[10]
HR. at-Tirmidzi 658 dan
ia berkata: Hadits hasan, Abu Daud 2355, an-Nasa`i 5/92, Ibnu Majah 1844, dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban no. 892.
[16]
HR. at-Tirmidzi 2511, Abu Daud
4902, Ibnu Majah 4211, dan at-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud.
[17]
HR. ath-Thabrani dalam
al-Mu'jam al-Kabir. Lihat Kanzul Umal dan
Majma' az-Zawa`id karya al-Haistami.
[19]
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Laits as-Samarqandi no. 158 dan dijelaskan oleh muhaqqiq bahwa Syaikh al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini dha'if dalam Dha'if al-Jami' no 1463. Namun
pengarang mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan tidak
menjelaskan nomor hadits. Wallahu A'lam. Pent.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar